Kisah Inspirasi: Kiat Sukses Kepala Cabang BPJS Kesehatan

by BPJS Kesehatan

 

Akan diterbitkan Juni 30, 2023

Disunting oleh Maylia Erna Sutarto, Fairuza Hanun, Jasmine G. Winoto
Nonfiction, 445 halaman
dalam Bahasa Indonesia
ISBN: 978-623-7716-76-1

Ditulis oleh para kepala cabang BPJS Kesehatan

Natalia Panggelo, Nancy Agitha, Munaqib, Muhammad Masrur R., Muhammad Fakhriza, Muhammad Ali, Meri Lestari, Maya Susanti, Manna, Zoni Anwar T., Agus Ramlan H., Achmad Zainuddin, Agus S., Andi Anshar, Andi Budiyono, Andi Rismaniswati, Angga Firdauzie, Ario Trisaksono, Asfurina, Betsy M.O. Roeroe, Djamal Adriansyah, Diah Sofiati, Desvita Yanni, Deny J.E.P. Mase Jay, Dasrial, Dany Saputro, Cecep Heri S., Bernat Sibarani, Asnila Harahap, Asmar, Dwi Asmariyati, Dwi Surini, Dyah Miryanti, Eka Natalia S., Eka Susilamijaya, Elke Winasari, Elly Widiani, Elshe Theresia, Endang Triana S., Erry Endry, Gusti Ngurah Catur, Greisthy Esthy L., Gilang Yoga W., Galih Anjung S., Frida Yanne I., Fitriyah Kusumawati, Fitria Nurlaila P., Fauzi Lukman, Fahrurozi, Diah Eka Rini, Harbu Hakim, Harie Wibawa, Harry Nurdiansyah, Henny Nursanti, Heppy Serta R., Herman Dinata, Hernawan Priyastomo, Hery Zakariah, I Gusti Ngurah Arie, Henri Army, Idham Kholid, Indira Aziz, Indra Bayu, Irfan Qadarusman, Syafrudin Imam Negara, Irmajanti Lande B., Ivan Ravian, Iwan Adriady, Iwan Kurnia, M. Ichwansyah Gani, Janoe Tegoeh, Jayadi, K. Hindro, Kiki Chrismar, Lenny Marlina, M. Idar, Mahmul Ahyar, Mahyudin, Yasmine Ramadhana H., Defi Sayodase, Neni Fajar, Neri Eka, Ni Ketut Sri, Nora Duita, Nuim Mubaraq, Prabowo, Raymond J. Liuw, Rinaldi, Rita Masyita, Ratih T.D., Roni Kurnia, Ropik Patriana, Saiyed Abdul, Sanny Christian, Sari Quratul, Sarman Palipadang, Sarwika M., Sistri Sembodo, Sri Widyastuti, Sri Yulizar, Sudiyanti, Tati Haryati D., Titus Sri, Tutus Novita Dewi, S.T. Umrah Nurdin, Unting Patri, Wahyu K. Budianto, Wahyu Santoso, Wahyudi Putra, Yerri Gerson, Yessy Rahimi, Yunita Ibnu, Dwi Sulistyono, Heni Riswanti

  • 114 kepala cabang BPJS Kesehatan menorehkan kisah kiat jatuh, bangkit, dan meraih kesuksesan mereka tersendiri dari tahun ke tahun.

    “Growth never happens in the comfort zone. Keep your spirit up and enjoy the turbulence.”
    - Rita Masyita

    “Hal-hal besar tidak pernah datang dari zona nyaman.”
    - Saiyed Abdul

  • Rita Masyita Ridwan
    My Success Story

    Awal karir saya dimulai pada tahun 2001 masa PT Askes (Persero).

    Setelah dinyatakan lulus dan menjalani masa on the job training di Kantor

    Cabang Kabanjahe sebulan kemudian penem-patan pertama saya di Kantor Cabang Tanjung Balai. Saat itu saya baru saja menikah dan harus segera ber-

    tugas di kota Kerang berada di pinggiran sungai Asahan. Banyak tantangan indah yang harus dilewati saat bertugas di kota tersebut.

    Tantangan pertama saya harus tinggal jauh berbeda kota dengan suami yang berada di Medan dan kami bertemu hanya tiap akhir pekan. Allah menitipkan buah hati di rahim saya dan harus melewati fase ngidam yang cukup berat; hanya bisa makan dan minum yang manis dan tidak makan nasi. Anehnya ketika bekerja, saya lupa dengan kondisi ngidam ini, bahkan sangat bersemangat mengerjakan tugas saya. Beruntung sekali bekerja di kantor yang iklimnya dibangun dengan asas Sinergi Teamwork. Sebagai staf pelayanan kepesertaan, job desk saya adalah menerima peserta, melayani administrasi kartu dan menerima keluhan. Para senior dan kepala cabang sangat memberikan perhatian dan bekerjasama. Kala itu saya harus mengentri data dan mencetak 40.000 kartu aparat desa yang ada di Tanjung Balai-Asahan dalam waktu satu minggu. Berkat bantuan tim tugas itu bisa selesai tepat waktu. Prinsip gotong rotong inilah menjadi kekuatan internal PT. Askes, sehingga bisa menjadi cikal bakal lahirnya BPJS Kesehatan.

    Tantangan berikutnya dalam kondisi hamil besar kami harus melakukan marketing ke perusahan swasta perkebunan besar di wilayah Tanjung Balai-Asahan dan sering saya harus menyetir sendiri karena driver pada saat itu sangat terbatas. Pernah tersiratingin berhenti kerja karena kekhawatiran kondisi yang dialami, namun beruntung kedua orang tua saya kemudian mendukung dan menguatkan saya untuk tidak meninggalkan pekerjaan.

    Setelah dikaruniai bayi berusia tujuh bulan, saya mendapatkan surat ketetapan untuk pindah ke kota Banda Aceh. Tahun 2003 mengikuti diklat dan tahun 2004 mengikuti lanjutannya yaitu sebagai manajer pratama di Jakarta. Pada Desember 2004, Banda Aceh dilanda gempa dan tsunami. Alhamdulillah kami selamat, meski keluarga besar saya hampir 80% menjadi korban dan hilang. Kondisi pasca bencana membuat kami harus bekerja ekstra keras dan dalam kondisi was-was tidak menentu. Atas dukungan pimpinan, staf lain, bantuan kantor pusat, sebagai kepala bidang operasional berupaya maksimal menyelamatkan resource seperti dokumen administrasi klaim, perlengkapan kantor serta membangun jaringan dengan berbagai pihak.

    Bekerja dari tempat pengungsian yang jaraknya jauh karena rumah porak poranda tidak menyurutkan semangat recovery dari bencana. Saya sempat mengajukan perpindahan ke Medan, tapi tidak dikabulkan. Inilah kemudian yang mendorong saya melakukan hal besar menciptakan peluang dalam kesulitan.

    Pasca bencana, banyak NGO dan Badan Rehabilitasi Rekontruksi (BRR) bertugas di Aceh. Kami menawarkan produk asuransi kesehatan komersial untuk menjamin kesehatan bagi pegawai yang bekerja di BRR yang merupakan Leading Recovery pasca bencana. Dengan membawa proposal mendatangi kantor BRR dan disambut dengan baik oleh Bapak Agus Kuntoro yang saat itu duduk sebagai Kepala Biro Umum BRR waktu itu. Walau saat itu pegawai BRR belum bisa menjadi peserta asuransi kesehatan komersial, saya tetap menawarkan menjadi fasilitator bagi karyawan BRR yang ingin mengakses fasilitas kesehatan. Prinsipnya jika mereka sudah terikat akan ada saatnya mereka bergabung menjadi peserta asuransi kesehatan. Di tahun 2005, diadakan peringatan setahun tragedi tsunami di Masjid Ulee Lheue yang dihadiri oleh kepala negara dari berbagai belahan dunia. Saat itu kinerja BRR disorot karena banyak warga yang masih tinggal di shelter penampungan. Menghadapi kondisi tersebut Pak Kuntoro Mangkusubroto, selaku Kepala BRR, sempat sakit dan tidak ingin dibawa ke rumah sakit. Saat itulah saya dihubungi oleh staf BRR untuk menghadirkan dokter THT dan dengan izin Allah dapat menyembuhkan beliau. Tidak lama setelah itu Pak Kuntoro dan sekitar 500 pegawai BRR mendaftarkan diri sebagai peserta asuransi kesehatan platinum yang membawa profit puluhan milyar. Dari kinerja tersebut akhirnya saya mendapatkan reward untuk pindah tugas ke Medan seperti impian saya.

Previous
Previous

Amaryllis

Next
Next

Terdampar di Pulau Berry