Terdampar di Pulau Berry

by Theona Andadari C.M.I.

 

Diterbitkan 2019

Disunting oleh Farah Fakhirah & Maylia E. Sutarto
Novella, 90 halaman
dalam Bahasa Indonesia
ISBN: 978-623-7716-02-0

  • Anna, Mia, dan Charlotte mendapat tugas untuk pergi ke pulau terpencil untuk mencari benda antik. Tiga sahabat itu menjatuhkan pilihan pada Pulau Starlight. Mereka pun berlayar ke sana ditemani Kakak Anne dan Om Rasley.

    Saat dilanda badai besar, mereka pun terpaksa berhenti di Pulau Berry. Di sana, mereka memutuskan untuk mencari harta karun yang terpendam di dalam pasir. Ternyata, harta karun tersebut sudah diambil oleh bajak laut, namun kelima sahabat berusaha merebutnya maka terjadilah pertarungan yang sengit dengan bajak laut. Dapatkah mereka menyelamatkan diri dan mengambil cermin ajaib dari kuasa bajak laut?

    Saksikan pertarungan antara keluarga dan para bajak laut di novella debut milik Theona ini!

  • Masih sepi saat Anna bangun pagi ini. Terdengar suara azan dari kejauhan.

    Ia begitu bersemangat merapikan kasurnya tanpa membangunkan keluarganya. Saking bersemangatnya, Anna kemudian bergegas ingin menyiapkan sarapan sendiri. Ia berlari ke dapur, kemudian mengetuk pintu kamar orangtua dan kakaknya. Ayam goreng dan sayur sup sisa kemarin dihangatkannya. Ia menambahkan lauk pagi itu, menggoreng telur mata sapi setengah matang. Ibu yang sudah terbangun heran melihat sikap Anna pagi ini. Tidak seperti biasanya, hari ini, Anna membantu Ibu dari menyiapkan sarapan sampai mencuci piring. Ibu memandangi anaknya dengan senyum kagum sekaligus tatapan penuh pertanyaan.

    “Anna, tumben kamu bangun pagi?” tanya Ibu. Ini bagian keajaiban yang tidak bisa dilewatkan Ibu karena di hari biasanya Anna bangun jauh lebih siang.

    “Karena aku enggak sabar mendapat tugas menyenangkan dari Pak Wilson. Ia juga bilang, murid yang datang lebih awal akan menjadi orang pertama yang tahu tugas menyenangkan ini,” jelas Anna, terus mengulas senyum. Ibu tidak menyangka perubahan besar bisa terjadi pada Anna hanya karena kelas Pak Wilson. Tapi meski begitu, Ibu merasa senang melihat perubahan ini.

    “Bu, tolong beritahu Kak Anne dan Ayah, makanan sudah siap,” pesan Anna.

    Ibu menganggukkan kepalanya, tapi pikirannya masih dipenuhi pertanyaan. Tapi dia menunda keingintahuannya untuk sementara waktu karena Anne, kakak tertua Anna, dan Ayah harus segera dibangunkan. Keduanya terbelalak takjub makanan sudah tersaji di atas meja. Keduanya menarik kursi makan masing-masing. Anne mendekatkan hidungnya untuk menciumi aroma ayam goreng dan sup yang masih panas. Ibu tersenyum-senyum kecil memandangi Anne dan Ayah.

    “Kalian tahu siapa yang menyiapkan semuanya pagi ini, untuk kita?” Ayah dan Anne menggeleng bersama. Kemudian mata Ibu melirik ke arah Anna. “Itu, koki kita pagi ini.”

    Ayah dan Kak Anne dibuat melompong. “Oh, ya? Tumben, Anna,” celetuk Kak Anne.

    “Ada peristiwa apa nih, yang enggak Ayah tahu sampai Anna jadi serajin ini.” Ayah melirik ke arah Ibu. Melihat keduanya begitu penasaran, Ibu akhirnya menceritakan asal muasal dan penyebab Anna jadi begitu rajin.

    Setelah semua selesai makan pagi, kemudian bergegas bersiap ke sekolah dan kantor. Mobil melaju dikendarai oleh Pak Atmo, sopir keluarga Anna. Ketika mereka tiba, suasana sekolah Anna masih senyap. Cukup pagi untuk tiba di sekolah. Tapi kemudian berangsur murid yang lain mulai datang. Bel berbunyi dan pelajaran segera dimulai. Beberapa menit kemudian, guru masuk ke kelas, begitu juga Pak Wilson. Di awal kelas, ia minta semua murid membuat kelompok yang masing-masing anggotanya berjumlah tiga sampai empat orang. Anna berkelompok dengan Mia dan Charlotte, sahabat baiknya sejak kelompok bermain. Pak Wilson lalu memberitahukan tugas menyenangkan itu kepada kelompok Anna terlebih dulu karena di rekaman CCTV, Pak Wilson melihat Anna sering datang pertama saat pagi hari.

    “Anna, Charlotte, Mia, kalian saya beri tugas untuk berpetualang ke pulau-pulau yang tidak semua orang tahu dan ini akan dijadikan audisi cerita yang paling menarik. Genre cerita ditentukan oleh saya, karena orang-orang pasti akan sangat takjub melihat siswa kelas lima bisa menemukan sesuatu yang menarik di pulau terpencil.”

    “Mia memiliki alergi terhadap makanan dan minuman panas, jadi tolong untuk menjaga Mia,” jelas Pak Wilson dengan suara sedikit berbisik sambil tersenyum.

    Pak Wilson kemudian mengumumkan seluruh seluk beluk tugas kepada masing-masing kelompok dan memberi kesempatan kepada kelas untuk berdiskusi merancang perjalanan. Murid-murid merasa tugas ini akan menjadi petualangan yang sangat menyenangkan.

    “Hei, teman-teman. Ayahku pernah bercerita tentang pulau-pulau rahasia dan salah satunya ada Pulau Starlight. Mungkin kita bisa mencari informasi tentang pulau itu.” Anna mengusulkan idenya.

    “Ide bagus. Pak Wilson mungkin akan memberi waktu tambahan. Saat jam istirahat, kita bisa mencarinya di perpustakaan atau di rumah kita masing-masing.” Mia menambahkan.

    Waktu bergerak begitu cepat hingga Pak Wilson mengumumkan waktu berdiskusi sudah selesai. Hampir seluruh murid di kelas meminta tambahan waktu.

    “Lanjutkan di jam istirahat nanti. Pertemuan kelas saya, sudah berakhir.” Pak Wilson mengemasi perlengkapannya. “Saya harap semua ide perjalanan sudah selesai di pertemuan berikutnya,” kata Pak Wilson sambil berjalan ke luar dari kelas.

    “Aku tadi mendengar kalian ingin pergi ke Pulau Starlight, tapi apa menariknya pulau itu? Kalau di pulau yang akan dikunjungi oleh kelompokku punya banyak buku tentang sulap dan di sana kita bisa belajar sihir,” jelas Nasley, setelah Pak Wilson keluar.

    “Entahlah. Itu juga belum pasti. Istirahat nanti kami berencana akan mencari informasi lain di perpustakaan. Kami cari tahu dulu semua hal yang ada di pulau itu dan di mana letak pulaunya,” jawab Anna.

Previous
Previous

Kisah Inspirasi: Kiat Sukses Kepala Cabang BPJS Kesehatan

Next
Next

Demi Mereka Yang Hidup