Petualangan di Hutan Dempo Geureudong

by Aisha Nur Zahira

 

Diterbitkan 2019

Disunting oleh Maylia Erna & Farah
Novella, 69 halaman
dalam Bahasa Indonesia
ISBN: 978-623-7716-01-3

  • “KEMBALIKAN TONGKATKU!” teriak salah satu dari mereka. Edward dan Aliando berpandangan, tak mengerti. Teriakan-teriakan para kurcaci yang meminta mereka mengembalikan tongkat semakin keras…..

    Perlahan-lahan, mereka merasa tubuh mereka melemas, dan suara-suara di sekitar mereka memudar.

    Hanya itu yang mereka ingat, sebelum semuanya menjadi gelap.

    Rencana berkemah Edward dan Aliando hancur setelah menemukan tongkat milik para kurcaci hutan. Petualangan menyeramkan ini akan membuat kamu merinding dan ingin berseru untuk kedua kakak-beradik ini agar mereka bisa keluar dari hutan Dempo Geureudong itu.

  • Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Edward dan Aliando beserta kedua orangtuanya sudah siap untuk berangkat ke sekolah Edward dan Aliando. Keduanya khawatir akan nilai ujiannya. Sesampainya di sekolah, ibu mereka menulis nomor urut untuk mengambil rapor. Karena di dalam kelas masih ada orangtua murid yang lain, maka mereka menunggu di luar.

    Setelah orangtua murid yang di dalam sudah selesai. Orangtua keduanya masuk ke kelas sedangkan Aliando dan Edward memutuskan untuk menunggu di depan kelas saja dengan jantung berdebar-debar. Saat kedua orangtuanya keluar, keduanya memasang wajah tegang. Edward dan Aliando mulai berprasangka buruk. Setelah mengambil rapor, mereka pergi ke kantin untuk sarapan karena sebelum berangkat, mereka belum sempat sarapan karena takut akan terlambat karena macet. Ayah dan Ibu hanya diam saja tidak membahas mengenai hasil rapor Edward dan Aliando.

    Sesampainya di rumah, mereka langsung pergi menuju ruang keluarga untuk membahas hasil ujian Edward dan Aliando.

    “Menurut kalian hasilnya bakalan gimana? Semisal nanti nilai ini jelek, kalian batal ya pergi liburan ke hutannya,” kata Ayah dengan wajah datar.

    “Ayah mau lihat punya Aliando dulu ya,” ucap Ayah. Ibu dan Ayah membuka buku rapor Aliando.

    “Wah! Nilainya bagus semua! Nilai paling rendahnya Sembilan puluh lima!” Mendengar Ayah berkata seperti itu, Edward semakin gugup.

    “Nah, sekarang punya Edward yang akan Ayah buka. Loh kok nilainya, bisa kayak gini, sih.” kata Ayah. Edward mulai khawatir. Ia merasa bahwa liburannya akan ditunda dua hari karenanya.

    “Bagus semua sih? Nilai terendahnya Sembilan puluh dua. Ya sudah, kalo nilainya bagus semua seperti ini, kalian boleh berangkat besok lusa,” kata ayah.

    “Horee, kita boleh berangkat. Kita mulai beres-beres, ah,” jawab Aliando bergembira. Setelah itu mereka bergegas pergi ke kamar untuk menyeiakan semua keperluan. Mereka membuat daftar perlengkapan apa saja yang harus dibawa ke hutan Dempo Geureudong.

    ---

    Di kamar, Edward dan Aliando sibuk mencatat daftar barang yang harus dibawa ke Hutan Dempo Geureudong. Keduanya terlalu semangat untuk liburan ke Hutan Dempo Geureudong.

    “Nah, sekarang kita tinggal nulis daftarnya deh, aku sih Cuma bawa barang sedikit kayak baju ganti, alat mandi, makanan ringan, makanan berat yang siap makan, dan korek api ...” kata Edward.

    “Sedikit apaan. Banyak banget gitu barangnya yang harus kita bawa,” jawab Aliando.

    Keduanya kemudian mengambil ransel di gudang. Setelah itu, mereka merapikan barang-barang yang harus dibawa. Setelah selesai, mereka memberitahu kepada orangtuanya bahwa keduanya akan mulai perjalanan mereka besok pagi.

    “Ayah, Ibu, kita bakalan mulai pergi liburan besok pagi ya. Sekarang kita mau tidur dulu biar besok pagi kita segar,” izin Aliando.

    “Oke, kalian udah mengepak barang yang harus dibawa ke Hutan Dempo Geureudong kan?” tanya Ibu.

    “Udah bu,” jawab Aliando.

    “Kalian udah bawa tenda, jaket, obat-obatan ringan, senter-” tanya Ayah khawatir.

    “Udah kok,” jawab Edward segera.

    Saat keduanya kembali ke kamar untuk istirahat, keduanya mendengar Ibu berdiskusi dengan Ayah.

    “Udah lah, Yah, enggak usah khawatir. Mereka kan, cuma sebentar di Hutan Dempo nya,” kata Ibu menenangkan Ayah.

    “Ya sudah ingatkan mereka untuk hati-hati nanti di sana,” jawab Ayah.

Previous
Previous

Demi Mereka Yang Hidup

Next
Next

Anatomi Gangguan Keamanan