Detektif Willy
by Kalila
Akan diterbitkan April 2023
Disunting oleh Farah Fakhirah
Novella, 69 halaman
dalam Bahasa Indonesia
ISBN belum tersedia
-
Ayah Willy dan Ayah Anna dipindahkan ke Amerika. Willy kecewa, ia terpaksa meninggalkan bumi Indonesia. Tapi, di luar dugaa, ternyata tinggal di Amerika itu asik! Mereka berdua mendapatkan banyak teman, ada Katty, Justin, dan lain-lain.
Suatu sore, mereka semua sedang bermain petak umpet. Willy bersembuyni di rumah tua kosong yang ada di depan rumahnya. Saat sedang bersembunyi, tiba-tiba, munculah sesosok perempuan yang benar-benar menyeramkan. Willy melarikan diri. Tapi, mereka bingung. Rachel, kakak Anna, suka sekali menghalangi mereka untuk menyelidiki rumah tua itu, entah apa alasannya.
“Apakah misi kali ini ada keterkaitannya dengan Rachel?”
-
“Willy, ayo tidur, sudah malam, Nak,” perintah Ibu.
“Masih jam delapan kok! Aku ingin menonton TV dulu,” sahutku.
“Kamu mau ketinggalan pesawat besok?” bujuk Ibu.
“Huh, menyebalkan! Aku tak suka pindah ke Amerika!” gerutuku.
Aku langsung masuk kamar, tidur. Coba saja kalau aku tidak pindah ke Amerika, pasti aku tak perlu tidur cepat. Oh, aku lupa berkenalan, namaku William Hammington, panggil saja Willy, usiaku baru 10 tahun dan aku adalah anak lelaki yang pendiam dan tegas. Aku anak SD, tepatnya kelas 4. Aku bahagia tinggal di tempat tinggalku ini, Jakarta, namun rasa bahagia itu tak bisa berangsur lama, karena aku harus pindah ke Amerika.
Paginya, terdengar suara mobil di depan rumahku. Aku sudah berpikir, itu pasti sepupuku yang menyenangkan itu, Anna, nama panjangnya Dianna Hamington, usianya? Sama sepertiku. Kami satu sekolah, dan satu kelas. Ngomong-ngomong. Anna dan keluarganya juga ikut pindah ke Amerika.
“Selamat pagi, Willy! Sudah siap berangkat ke bandara?” sapa Anna.
Aku mengangguk.
Aku, Ibu, dan Ayah pun masuk ke mobilnya Anna, kami berangkat ke bandara Soekarno Hatta.
“Willy, apa kau senang pindah ke Amerika?” tanya Tante Renna, ibu Anna.
“Biasa aja,” jawabku sekenanya.
“Sepertinya dia sedang bad mood,” canda Om Faris, ayah Anna.
Semua tertawa, kecuali aku tentunya. Aku tak ingin meninggalkan Desa Sukacita.
“Sudahlah Willy, coba lihat pemandangan di luar, indah bukan?” hibur Rachel, kakak Anna.
Selama di perjalanan, aku hanya diam, hingga sampailah kami di bandara Soekarno Hatta. 1 jam berlalu, dan pesawat pun tiba. Kami segera masuk ke dalam pesawat. Sekitar 15 menit kemudian, pesawat pun lepas landas, meninggalkan bumi Indonesia.