Diary Lia
by Nabila Arsandra
Akan diterbit 2023
Disunting oleh Farah Fakhirah
Novella, 64 halaman
dalam Bahasa Indonesia
ISBN belum tersedia
-
Aliya selalu menulis kesehariannya di dalam buku diary yang ia miliki. Ia mengungkapkan semua cerita spesialnya dalam kata, menggambarkan hari-harinya yang menyenangkan.
Tetapi, apakah kehidupannya selalu bahagia?
-
Halo, namaku Aliya Alissya, biasa dipanggil Lia. Kata Bunda, Aliya memiliki arti mulia. Aku memiliki keturunan Sumatera Barat yang berasal dari kedua orang tuaku. Bundaku bernama Embun Alissya. Ia anak terakhir dari tiga bersaudara. Dan ayahku, ia bernama Bahandra, anak kedua dari empat bersaudara dan merupakan anak laki-laki pertama di keluarganya.
Sejak lahir, aku memiliki alis yang tebal, bulu mata yang lentik, dan kumis tipis, amat mirip seperti ayahku. Sedangkan mengenai suara, suaraku lebih dominan seperti suara bundaku.
Ketika aku berumur 3 tahun, bundaku hamil lagi. Tetapi Bunda mengalami keguguran. Dan itulah yang menyebabkan aku menjadi anak tunggal. Sejak kecil aku menyukai hal yang berbau Disney seperti, lagu, dan filmnya bahkan terkadang aku juga bermimpi menjadi princess Disney.
Saat ini, aku duduk di bangku kelas 1 SD, aku sangat menyukai pelajaran membaca dan menulis, walau terkadang nilai tulisanku masih berantakan. Saat bertemu orang baru di sekolah, aku akan menjadi pendiam dan malu, namun ketika sudah kenal dekat aku akan menjadi anak yang periang, berisik, dan mudah tertawa. Terkadang, aku masih suka ngambek dan marah-marah dengan alasan yang tidak jelas, tetapi Bunda dan Ayah selalu mengajariku untuk bersabar dan mengontrol emosiku.
Hari ini adalah hari libur, di saat sedang libur begini biasanya aku menggunakan waktuku untuk menonton film Disney. Aku menggunakan selimutku untuk dijadikan rok seperti punya Elsa di film Frozen, lalu keluar kamar dan berlagak seperti tokoh utama itu dan bernyanyi. Bunda yang melihatku hanya terkekeh. Aku melihat ia tak lupa ia mengabadikan momen itu di gawainya.
Sore harinya, Ayah mengajakku berkeliling sekitar rumah dengan motor miliknya. Ya, itulah yang sering kami lakukan di saat matahari belum terbenam. Aku amat suka suasana seperti itu, sejuk, tapi menenangkan. Angin sepoi-sepoi seakan membelai rambutku yang duduk di bagian depan motor Ayah.